|
Setelah beberapa hari mengunjungi kamp dan memperhatikan rutinitas kegiatan pengungsi, mata saya tertuju pada sesosok remaja belasan tahun yang duduk sendiri di dalam tenda, sementara teman-temannya telah sibuk beraktivitas. Terdorong oleh rasa penasaran akhirnya saya menghampiri remaja tersebut. “Nama saya Mohammad Hasan,” begitu dia memperkenalkan diri. Dengan wajah menunduk malu dan kurang percaya diri, Hasan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dengan bahasa Indonesia sepenggal-sepenggal. “Saya no like study, saya hari-hari duduk di sini. Sore hari saya play football”. Selama kunjungan saya di kamp ini, saya belum pernah melihat pemuda 15 tahunan ini bergabung bersama teman-teman seusianya untuk belajar di kelas.
|