|
"Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara ; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari batu , tiga kali mengalami karam kapal. Sehari semalam aku terkatung-katung di tengah-tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahay penyamu, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahay dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapardan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan dengan tidak menyebut hal lainlagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat. Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah ? Jika ada orang tersandung, tidakkah hatiku hancur oleh dukacita. Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku,?etapi jawab Tuhan kepadaku:"Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahankulah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan di dalam kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah maka aku kuat." (II Korintus 11:23-30,12:9-10)
|